“Alkisah lagi blog walking di blog blog otomotif tiba tiba gue menemukan sebuah komentar yang membuat enzim di otak diperah dan diperah”
Sebuah pertanyaan klasik tentang motor fairing 150cc, Yamaha R15 vs Honda CBR150 kembali terulang dan terus menggelitik untuk selalu ditanyakan. Apalagi jika menyangkut value produk dan angka angka penjualan. Siapa market leader-nya? Dan Why market bergerak untuk memilih salah satunya? Dan Bagaimana peranan strategi pemasaran dalam menentukan kemenangan dalam market share?
Nah kebetulan waktu gue lagi blog walking di salah satu blog yang akhir akhir ini sering membahas marketing otomotif. Awalnya tidak ada suatu yang special sampai gue menemukan suatu komentar yang ditulis oleh seseorang yang MG kenal dengan baik, yaitu seorang teman sekaligus guru dan mentor Mind Genesis dalam ilmu business & marketing strategic, Yaitu Mr. Wiyanto Sudjono yang memang memiliki analisa yg super super tajam dan pandangan yang sangat visioner. Suatu kebetulan langka melihat beliau ikutan rembuk komentar di topik kecil begini.
Kekhasan dari Mr. Wiyanto ini memiliki analisa yang tajam dan memiliki deep insight atas topik yang dibahas.
Langsung aja……….. Berikut cuplikan topik pembicaraan tersebut:
Dengan beranggapan bahwa Beliau (walau memiliki umur yang lebih muda dari gue sih) lebih suka bercerita secara oral dari pada keterbatasan menulis pada kolom komentar, tentunya para pembaca bisa bayangkan betapa dalam dan luas pemikiran beliau. Dalam kolom komentar pastinya cuma ditulis kulit dan penjabaran singkat praktis yang harusnya mudah dipahami oleh pembaca “awam yg pandai”. Belum ke masuk lagi ke pembahasan detailnya.
Bahkan blogger kondang Mario Devan sampai mengangkat dalam bentuk sebuah artikel khusus. Dikarenakan ini ilmu yang luar biasa, termasuk bagi gue sekalipun….langsung aja gue ikutan share dalam bentuk artikel agar semakin bermanfaat bagi banyak orang.
Gara gara ini pula, dari fase dormant gue jadi bangkit nulis lagi. Informasi ini terlalu berharga untuk disimpan saja, maka gue wajib harus menyebarkan seluas luasnya.
Padahal kalau dipikir pikir lagi blog ini dah lama vacum. Salam uhuuuuuuuuy bagi kemajuan dunia otomotif Indonesia.
Sekali lagi Uhuuuuuuuuuuuy!!!
Wait …terakhir jangan lupa diskusi cerdasnya harap memperkaya kolom komentar ya.
bro ..jujur yah gua nih conding suka ke honda …tapi gua bingung kenapa model R15 bisa kalah dengan CBR150R yang sekarang dalam artian kalah telak penjualannya …secara model R15 lebih racing dan lebih keren …….apakah karena modelnya terlalu racing kah ? SOHC kah ? promosi ? (rasanya si pembeli motor sport fairing mahal ngak kemakan promosi krn mereka pencinta motor sejati)
Like
nama CBR > nama YZF….. lain halnya kalo ngomongin TZM = NSR
nama YZF masih baru di telinga orang indonesia
secara model yang over nungging juga ga enak sih..enaknya cuman kalo dari bekalang ada cabe boncengan..
tapi nama paling terkenal mau udah pasti : NINJA… lu mau make sport fairing apapun orang kebanyakan bakalan bilang elu naik NINJA
Like
yup brand image…. CBR dri dulu sudah mnjadi brand yg cukup kuat
Like
R15 vs CBR150
Bukan hanya masalah brand image.
Analisa CS:
Sport fairing 150 bukan murni motor hobbies. Customer Indonesia, pada kelas market 150 cc sport, sebagian besar masih menggunakan motor sport 150cc fairing ini untuk kebutuhan multi fungsi. Jarang sekali yang memposisikan motor kepunyaannya sebagai product full hobbies. Akibatnya terjadi kompromi atas berbagai aspek dengan berbagai parameter pada saat proses pengambilan keputusan pembelian. Kebutuhan passion dan selera ego vs kebutuhan daily use. Misal kebutuhan kepuasan pamer, ego riding, racing feeling vs kebutuhan transportasi berangkat kerja, goncengin istri atau anak, belanja keb harian atau kondisi harian apapun yg sempat terpikir calon customers. Disini CBR150 lebih tahu market needs dan lebih dapat memenuhi semua aspek kompromi yg dibutuhkan calon pelanggannya.
Analisa VP:
R15 memiliki blurring positioning sebagai motor sport 150cc berfairing. “Lipstic image” tampil layaknya pure racing model secara desain dan ergonomic tapi tidak dipersenjatai dengan fitur dan kemampuan mesin yang mendukung. Bahasa awamnya mesin harian tapi body sircuit. Bagi konsumen yang suka racy fairing model pasti kecewa dgn kemampuan mesinnya. Sedang bagi yang memiliki kebutuhan harian untuk model malah terlalu racy dan kurang elegant dalam pemakaian harian “katrok” “alay”. Ergonomi yang racy juga membuat mundur calon pemakai yg memiliki kebutuhan harian.
sebaliknya CBR jelas memiliki positioning dan differensiasi yg sesuai serta mendukung CS yg sudah saya jelaskan di atas. Tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar.
Analisa CH:
Honda memiliki marketing communication yang lebih tepat menggambarkan image productnya ke CS yang benar. Termasuk dalam kasus CBR150 ini. Sebaliknya Marketing Communication R15 diffusion menggabungkan berbagai kebutuhan image (yg tak sinergi) yang terpaksa dipadukan dalam satu paket promosi yg ekonomis.
Channeling BTL yang lebih agresive dan tepat…langsung ke core activation yaitu komunitas biker sport baru spread ke umum. Langkah ini berkebalikan dgn Yamaha R15 yang ditarik dari mass awareness ke core. Apalagi ditambah setengah setengah saat menggarap corenya yaitu biker komuniti dalam kasus ini. Market Sport ini tidak bisa digarap dengan strategy dan digeneraliskan dgn benchmark market matic dan bebek yg cenderung mirip. Beda loh!
Network Honda yang lebih kuat dan perkasa juga didukung sales power yang lebih siap dan lebih memiliki fighting spirit tentunya juga berpengaruh apalagi pricing fitting yang lebih baik didukung oleh kemampuan kerjasama yang “manis” dengan leasing sehingga harga kredit yang mampu menghasilkan kira2 90persen penjualan juga lebih berdaya saing. Ketersediaan dan support barang yang lebih ready, merata, dan short indent time bound membantu mengurangi potential loss yang mungkin terjadi saat saat awal penetrasi product ini ke market.
bandingkan kondisi yang terjadi pada Yamaha dengan R15nya. Berkebalikan bukan?
Analisa CR:
Honda relatif lebih bagus menerima inputan konsumen dan komunitas. Terutama dalam kasus ini mengaca pada jalinan after sales service dan after sales gathering bagi konsumen motor sport 150cc berfairing. Sedang Yamaha dengan R15nya condong inkonsisten. Walaupun dari CR belum membentuk shadow image yang baku dikarenakan ke2 produk ini masih relatif baru akan tetapi presepsi dan worm yang terbentuk sedikit banyak cukuplah memberikan kontribusi pada saat desicion phase saat seorang calon konsumen dihadapkan pada pilihan produk yang tersedia di market. Disini kedua brand yang bersaing ini harus konsistent dalam jangka panjang. Bahaya jika inkonsisten loh. Termasuk dalam upaya menjaga resale value levelnya. Akhir akhir ini banyak produk Yamaha yang jatuh resale valuenya sedang Honda lebih mampu menjaga resale value produk produknya melalui upaya upaya retention. Nah sampai saat ini orang Indonesia masih memikirkan masalah resale value at least masih 3 besar parameter utama dalam pengambilan keputusan pembelian otomotive. Apalagi product life cycle makin cepat loh! Jangan sampai saat dijual lagi harga bekas turun banyak. Bisa nombok banyak saat mau beli yg baru lagi.
Analisa BV:
Brand Value Honda pada tahun 2015 sudah jauh diatas Yamaha. (Sudah dibuktikan oleh banyak survei untuk mengukur BV atau Brand equity).
masuk ke Brand Value Product yaitu CBRseries dan Rseries (YZF mulai angsur angsur ditinggalkan dan digantikan dgn “R” yang lebih menjual). Penetrasi image CBR masih lebih kuat di sebagian besar masyarakat Indonesia. Khususnya generasi konservative yg biasanya “lebih pegang uang”. Sedang Rseries baru aja mulai ditancapkan oleh Yamaha Indonesia. Hal ini wajar wajar saja bila CBR masih lebih kuat secara BV. Tapi juga ini berarti chance bagi Yamaha untuk menancapkan Image R series bagi generasi yg dinamic dan lebih muda sekaligus memperkuat BV Rseries di Indonesian Market.
Note:
Sebenarnya 5 analisa yang saya coba jabarkan diatas ini adalah sebagian kecil saja dari total 15 pilar analisa dari “Business Blue Print analysis method” yang diciptakan dan dikembangkan oleh Empower ICM ‘business strategic counsulting’. Business Blue Print analysis method ini secara total melingkupi 4 business DNA & 11business gen model yang terangkum dalam 15 pilar analisa.
Semoga bermanfaat bagi semuanya.
Liked by 1 person
mantap analisa tingkat dewa…. ijin share dan dibuat artikel suhu…🙂
Like