Secercah Kebenaran

Alkisah seorang Bapak Tua bernama Kagama yang telah berusia lanjut. Ia memiliki 2 Anak laki laki sebagai penerusnya. Yang Sulung bernama Teran  sedang yang Bungsu bernama Mabo.

Ketika sakratul maut menghampiri Pak Kagama, sesaat sebelum ajalnya ia memberikan pesan kepada kedua putranya itu, Teran dan Mabo. “Nak, cuma satu pesan Bapak sebelum meninggal dunia. Kalian harus ingat pesan Bapak ya anak anaku tersayang. Pesan Bapak jadilah orang yang Sukses.” “Untuk menjadi orang yang Sukses, inilah rahasia kehidupan yang akan Bapak wariskan kepadamu anak anakku Teran dan Mabo, Kalian harus berangkat dan pulang kerja tanpa boleh terkena sinar Matahari”. Sesudah mengucapkan kalimat ini, meninggal dunialah pak Kagama, meninggalkan kedua putranya itu untuk selama lamanya.

Mabo si bungsu langsung mengingat ingat pesan Ayahnya itu sebelum meninggal dunia. Bahkan Ia langsung segera mencatatnya di buku khusus, dan secara khusus pula menjabarkannya dengan detail. Untuk mencapai Sukses yang telah dipesankan oleh Ayahnya itu, ia benar benar menghapalkan kata demi kata, huruf demi huruf wasiat Ayahnya tersebut. Lalu dengan sesegera mungkin ia melaksanakan wasiat Ayahnya itu keesokan harinya. Ia berangkat bekerja dengan menggunakan Jas Hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya, memakai sepatu boot yang tinggi sampai mendekati lutut, dan memakai sarung tangan. Mabo juga memakai kaca mata hitam, dan menutupi muka dan kepalanya dengan kain pelindung tabir surya. Bahkan agar tak terkena sinar matahari, ia membawa payung sebagai pelengkap perlindungan total. Begitulah yang Mabo lakukan ketika berangkat dan pulang kerja selama dalam perjalanan. Semua kata kata wasiat Ayahnya, ia lakukan dan taati tanpa sekalipun atau seharipun ia langgar. Bahkan semua yang ia lakukan juga ia tuliskan dalam buku khusus untuk seluruh anggota keluarganya, terutama anak anak keturunannya. Apa yang tertulis haruslah dibaca, dihapalkan dan dipatuhi seluruh anggota keluarga tanpa terkecuali, karena ini adalah wasiat Ayahnya yang sangat ia Hormati.

Sebaliknya Teran tidak langsung segera melakukan wasiat Ayahnya tersebut, ia sangat bingung akan kata kata ayahnya yang aneh. Hari demi hari Teran merenungkan kata kata Ayahnya, berusaha memakai logika dan hikmat untuk dapat memahami apa yang dimaksud sang Ayah. Secara khusus, memang Teran tidak hapal kata demi kata ucapan wasiat Ayahnya itu, namun ia mengenang kembali bagaimana hubungannya yang dekat dengan sang Ayah sebagai hubungan anak dan ayah yang penuh Kasih. Saat mengenang itulah, akhirnya Teran merasakan bagaimana perasaan sang Ayah terhadapnya. Ia diliputi oleh suatu perasaan Cinta yang tulus. Haru menyelimuti hatinya dan akhirnya ia mengerti benar apa yang dikehendaki sang Ayah bagi kebaikan dirinya, bagi masa depannya dan keluarganya. Sejak saat itulah Teran berangkat bekerja pagi pagi buta sebelum matahari terbit, Bekerja dengan sangat sangat Keras dan Ulet dan baru mau selesai bekerja atau pulang ke rumah ketika waktu sudah benar benar malam hari ketika langit sudah gelap gulita. Demikianlah sehari hari Teran bekerja dengan penuh semangat kerja keras untuk mencapai Sukses yang dikehendaki dalam wasiat Ayahnya. Bahkan secara Khusus, Teran juga membagikan hikmat yang ia peroleh dalam warisan kata kata Ayahnya kepada keluarga dan anak-anaknya dengan perasaan penuh Cinta.

Ketika Mabo melihat tindak tanduk Teran, ia sangat jengkel. Baginya si kakak sulung Teran sudah tidak lagi ingat akan kata kata wasiat Ayah mereka berdua. Teran dianggap telah berdosa terhadap Ayah mereka, Teran dianggap lalai akan pesan wasiat sang Ayah; Teran tidak memakai payung, jas, kacamata hitam, sarung tangan, sepatu boot tinggi dan baju yang tebal ketika berangkat dan pulang kerja. Teran dianggap telah menghianati wasiat keluarga mereka. Seringkali Mabo mengecam Teran dengan semuanya itu, bahkan mengolok-olok Teran sebagai anak yang durhaka. Namun Teran tetap sabar, dengan penuh Cinta kepada sang Adik, Teran berupaya untuk menjelaskan maksud dan kehendak sang Ayah yang sejatinya. Namun semua itu percuma, Mabo malah marah dan menuduh Teran sesat jalan pemikirannya.

Begitu pula dengan anak anak Teran dan anak anak Mabo, setiap kali mereka berjumpa, keluarga Teran dianggap tidak setia akan wasiat kakek mereka.

Setelah waktu berjalan, ……….. KeSUKSESan akhirnya ada pada Teran dan anak-anaknya.

Banyak yang bisa kita petik dari cerita pendek ini, semoga SUKSES dan salam Uhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuy!!!