Menyingkap pertanyaan terdalam Manusia

Manusia yang hidup didunia selalu saja dihantui oleh pertanyaan tentang “kehidupan”. Beberapa manusia cuek, beberapa lelah mencari tahu, namun ada juga yang gusar selalu saja bertanya mengapa ada kehidupan? mengapa ia hidup? apa itu kehidupan?

Nah sedari kecil mungkin kita diajari atau lebih kasarnya didoktrin, kalau manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya, paling mulia, bahkan dikatakan segambar, secitra dengan Allah. Hanya manusia yang memiliki akal budi dan perasaan, inilah yang membedakan dengan hewan, dengan binatang. Manusia memiliki moral, nilai kemanusiaan, berbeda dengan binatang.

Pertanyaannya Benarkah itu? Mungkin anda cuek, mungkin pula masih kekeuh dengan pengajaran yang anda telah terima sedari kecil, yang diajarkan oleh guru guru TK, kemudian Guru-Guru SD, dari tahun ke tahun dan seterusnya. Atau anda masa bodoh, yang penting ada uang, ada makanan dan terus melanjutkan hidup. Lalu siapakah Anda? Siapakah MANUSIA itu? sekali lagi apa itu kehidupan???

Di dunia modern ini manusia semakin jauh dari Alam, jauh juga dari Tuhan. Mungkin ia merasa beragama, merasa memiliki Tuhan, tapi tidak kenal dengan Tuhan, jauh dan dalam lubuk hatinya Tuhan itu cuma mitos. Tidak Terima? Mau Bukti!!! Manusia lebih  mengandalkan dirinya sendiri untuk mencari uang, terperangkap dalam sistem dunia, terperangkap dalam pekerjaannya. Mencari uang, mencari makan, mencari kesenangan, menemukan kesedihan, menghindari kemalangan, lari dari kehidupan, bersenang senang, lalu menderita karenanya. Ia pergi beribadah untuk menghibur jiwanya yang kosong, namun merindukan dunia yang ramai dan sibuk dalam kompetisi, dunia ini begitu memikatnya sampai ia lupa akan kedamaian yang sejati. Jiwanya kosong dan sengsara, namun egonya lapar akan kepuasan dunia yang memikatnya. Ia terperangkap karenanya, makin dalam makin dalam dan semakin dalam terus, seperti pusaran yang makin dalam semakin keras menghisap, namun korbannya tidak sadar dan justru semakin tertarik mengejarnya.

Benarkah manusia makhluk yang paling mulia? ya secara formil anda diajarkan demikian khan. Namun jika anda mau membuka mata, lihatlah betapa jahatnya manusia melebih binatang yang paling kejam dihutan sekalipun. Perang terjadi karena manusia, dan binatang ikutan menjadi korban. Binatang hanya membunuh saat perutnya lapar, namun berapa banyak yang manusia bunuh karena egonya lapar? manusia tak hanya memakan hewan, namun juga manusia yang lain, bahkan bumi ini juga. Benarkah hewan tak punya perasaan? anda harus pergi ke tempat jagal sapi untuk melihat sapi yang menangis sebelum disembelih. Ada perlu melihat bagaimana seekor induk kucing terpaksa mati menerima tendangan dari beberapa manusia iseng karena hendak melindungi anak anaknya. Atau anda perlu lihat seekor anjing yang selalu memandangi foto tuannya yang telah meninggal dunia. Bahkan kalau anda sempat, setidaknya menyempatkan waktu melihat hewan hewan ini, anda akan menemukan kalau mereka bahkan lebih manusiawi dari pada manusia modern ini. Jika anda penyayang hewan dan pernah memelihara hewan Anda pasti tahu hewan juga punya perasaan, bahkan Akal Budi. Mungkin kalau anda pernah memelihara kucing dan menceritakan kalau anda tidak punya uang untuk membeli makanannya dan bahkan makanan anda sendiri, jangan kaget kalau tiba tiba ia pulang dengan membawa seekor ikan hasil tangkapannya(curiannya) untuk dipersembahkan pada anda. Atau sebagai ganti kasih sayang anda yang memberinya makan, ia akan memberikan upeti kecoa hasil tangkapannya persis di depan pintu kamar Anda. Apakah manusia jaman now yang penuh Drama, Hoak dan kebencian ini masih memiliki akal budi setulus hewan hewan ini??? Lalu siapakah manusia ini?

Ada yang bercrita manusia itu punya tubuh, jiwa dan roh. Gue lebih suka membayangkan sebuah robot ciptaan yang memiliki AI software, firmware dan tubuh bio-mechanic  yang memiliki kebebasan, kemampuan olah pikir dan pengambilan keputusan mandiri berdasarkan analisa AI. Bahkan kita bayangkan software ini sangat canggih melampaui kecanggihan batasan teknologi jaman ini, sehingga tidak hanya AI akan tetapi ia juga memiliki AE sehingga memiliki perasaan emosi juga. Nah software ini akan hidup, dan memiliki kesadaran, rasa keberadaan dalam sistem firmware, lalu tubuhnya yang berupa bio-mechanic kita pinjamkan kepadanya. Robot itu seakan memiliki dirinya, hidupnya, bahkan tubuhnya. Bagaimana dengan Manusia?

Kembali dikatakan manusia itu serupa seperti Allah. Manusia diciptakan dengan ROH yang serupa dengan Roh Allah. Baik, Tulus, penuh Kasih, penuh ke-Damai-an, penuh rasa keadilan, ke-Jujur-an dan lain sebagainya. Roh ini tidak terikat pada mulanya. Lalu diberilah ia kehidupan dalam Jiwanya. Sehingga Roh ini mulai memiliki sebuah kesadaran, ia mulai memiliki keberadaan. Sadar bahwa dirinya ada. Kemudian Roh dan Jiwa ini ditanamkan dalam sebuah tubuh biologis yang sebenarnya bukan miliknya pula. Ia merasa hidup, bergerak, sedih, gembira, tertawa dan menangis, sakit dan sehat, senang, kecewa dan kadang berharap, ia mulai merasakan cinta dan kecewa, pedih dan bangga. Ia mulai mencintai dirinya, ia belajar untuk menghindari yang tidak enak, rasa sakit dan penderitaan, walau kadang itu semua bertentangan dengan kehendak ROHnya (nuraninya). Tapi semakin ia tumbuh dewasa, semakin pula ia mulai terbiasa untuk menghiraukan Rohnya. Menganggap ia Hidup karena tubuhnya Hidup. Ia punya otak dan jantung. Satunya pengambil keputusan, satunya untuk penunjang kehidupannya. Ia hidup tapi makin mati. “Zombie”, tubuhnya menguasainya. Ia adalah Roh yang terperangkap dalam jiwa yang terpenjara dalam tubuh. Ia terusik namun tak berdaya, ia menderita namun tidak di hiraukan, ia tersiksa dan gelisah namun tak tahu mengapa. Semakin ia berencana hendak menolong dirinya ia makin terperosok ke dalam hingar bingar dunia yang begitu memikatnya. Kekayaan yang disediakan dunia, kekuasaan yang ditawarkan dunia dan kesenangan yang dipikatkan kepadanya makin menjeratnya jatuh ke dalam pusaran yang lebih besar dan dalam. Passion Duniawi yang begitu kuat telah menelannya.

Inilah kehidupan.

Pertanyaan selanjutnya:

Sudahkan anda merasa Hidup?

Langkah apa yang anda lakukan untuk kembali menemukan diri Anda?

Sudahkan Anda berjalan ke arah yang benar?

 

2 thoughts on “Menyingkap pertanyaan terdalam Manusia”

  1. 1 . sedang berjalan menuju point
    2. mencoba rendah hati / bersyukur
    3. Belum , masih mencari jalan yg benar
    Kesimpulan dlm proses mungkin seorang manusia tak akan pernah mencapainya , sekalipun berhasil masih ada banyak jalan dan beracabang menuju dan setelah ” Alif ” .
    Mustahil ini dilakukan di usia produktif yg punya banyak segala hal keinginan dunia , hanya bisa berusaha hingga sampai tuhan menunjukkan jalan kepadanya .
    Berdoa saja besok pagi masih bisa bangun dan beraktivitas seperti biasanya

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s