AWAS bahaya bergantung pada e-money

Terus terang ide artikel ini tertuang disebabkan oleh kolega Gue yang asli Jepang, Mr. A yang pernah Gue bahas dalam artikel sebelum ini, nah di artikel terdahulu Gue sempat cerita kalau Gue anter Mr. A keliling Jakarta, entah itu melihat event-event yang lagi HOT issue di Jakarta, makan, shopping atau sekedar kongkow menghabiskan malam.

Singkat cerita, saat kita bayar makan makan di mall atau shopping apapun juga. Mr.A sangat heran dengan behave masarakat Indonesia yang sudah sangat sangat fasih dan sudah sangat modern dalam penggunaan e-money. “look like Chinese people here in Indonesia” he said. Penggunaan e-money dalam pembayaran apapun via smartphone memang lagi populer di Indonesia. Terutama saat bayar makan di mall mall. Memang Gue terbiasa ke Jepang, setahun bisa beberapa kali dalam waktu yang lama dan sangat paham behave masyarakat Jepang. Namun ketika mendengar perkataan Mr. A tersebut Gue masih bisa tersentak juga. Pikiran langsung melayang membayangkan bagaimana masyarakat Jepang masih sangat terbiasa membawa bawa uang kertas untuk urusan sehari hari, entah berbelanja maupun saat membayar makanan dan minuman, dari pada penggunaan e-money yang kurang begitu populer di Jepang.

Apakah artinya Bangsa Jepang lebih terbelakang dalam penggunaan teknologi Informasi dibandingkan masyarakat kita yang sudah sangat fasih “bermain-main” dengan smartphonenya. Bayar apapun pakai smart phone, bayar toll pakai e-money card, apapun dimanapun masyarakat kita sudah sangat terbiasa mengunakan e-money dalam bentuk apapun. Apakah kita sudah lebih maju jauh meninggalkan bangsa Jepang dalam penggunaan teknologi informasi? Sebagai informasi buat pembaca; di Jepang penggunaan cash masih mendominasi, jikalau pakai kartu, sebatas credit card yang umum dipakai. Memang ada e-money card seperti Suica yang dapat digunakan untuk membeli apapun, mulai dari tiket JR, Metro line, bus, sampai berbelanja di Big camera, Don Q, hingga di Family Mart dan Sevel. Namun secara umum masyarakat Jepang lebih fasih dan terbiasa menggunakan cash dalam bentuk uang kertas dan uang koin.

Menyambung ke pendapat Mr. A, “e-money is to dangerous”. Kontan Gue tersentak lagi untuk kedua kalinya. Gue  kaget, gimana tidak, background Mr.A seorang dengan pendidikan tinggi dari Universitas “W” yang dikenal sebagai paling ter-mewah dan terbaik di Tokyo selain Todai. Belum lagi saat ini memiliki posisi Jabatan yang juga sangat tinggi. Seorang Strategic Planner dari sebuah Mega Korporasi International bisa berkata hal semacam ini. Gue sontak jadi mikir….. apa maksud dibalik perkataannya ini?Bukannya Teknologi IT di tangan seorang yang fasih dengan teknologi justru lebih aman dibanding masyarakat kebanyakan yang cuman ikut ikutan pakai dan fasih dalam penggunaan saja. Atau karena sebetulnya dia lebih paham lagi dalam IT sehingga tahu segala bahaya, resiko dan lobang yang sengaja atau tidak sengaja ditinggalkan dalam sebuah sistem? Ya tentu saja pastinya begitu.

Yang lebih bikin Gue melonggo….alasan terdalam ternyata bukan karena semua hal ini. Mr.A bercerita bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang sudah mature dan sangat terbiasa berfikir panjang. “Bayangkan jika kamu tidak bawa uang real (kertas atau koin) dan tiba tiba semua koneksi internet mengalami kelumpuhan total karena suatu kondisi entah bencana, tidak disengaja akibat kegagalan sistem, atau memang disengaja karena pemblokiran akibat suatu kondisi” kata kata Beliau membuat Gue tersadar seperti kena strum 1juta Volt.

Ya pada kondisi yang dideskripsikan oleh Mr.A tersebut pasti chaos jika masyarakat tidak memiliki uang real, semua uang digital pasti tidak dapat digunakan pada saat bencana. Gampangnya gini aja, listrik padam… Smartphone kamu memiliki baterai yang terbatas bukan. Jika batt kamu masih banyak, apa jaminan sinyal dari provider masih lancar digunakan atau tidak hilang sinyal? bagaimana dengan data plan? intinya digital/e-money kamu apakah masih bisa digunakan? Berbeda dengan orang yang terbiasa membawa uang di dompetnya. Semua kartu e-money juga tidak dapat digunakan, bahkan kartu atm juga tidak berarti apa apa jika listrik padam total, semua angka dalam tabunganmu tidak berarti apa apa lagi untuk menunjang hidupmu pada saat itu. Itulah sebabnya banyak orang Jepang membawa uang di dompet mereka untuk kebutuhan hidup 3-5 hari kedepan. Lead time maximal sebelum bantuan kemanusiaan datang di lokasi pada saat bencana terjadi. Orang Jepang juga seringkali memiliki Uang Simpanan di rumah dalam bentuk uang kertas, selain tabungan yang mereka punya di Bank. Jadi pada saat terjadi sesuatu hal yang “black Out” mereka memiliki uang untuk kebutuhan hidup. Pada saat bencana alam, atau kerusuhan massal, kondisi chaos atau kondisi tak terduga lainnya, hanya yang memiliki uang real yang masih memiliki chance untuk survive lebih panjang. Mereka masih dapat membeli kebutuhan hidup di toko atau supermarket terdekat.

Ya itulah kondisi dan pemikiran orang Jepang, lantas gue membayangkan kalau sampai salah satu kondisi tersebut terjadi… pastinya penjarahan toko yang paling mungkin terjadi di belahan bumi yang lain. Kalau di Jepang saat bencana dan caos memang tidak ada penjarahan toko bahan makanan, mereka tetap tertib antre membeli bahan makanan dan saling berbagi menunggu bantuan kemanusiaan datang. Tapi di belahan bumi yang lain yang sangat agamis ini, sangat mungkin terjadi penjarahan toko makanan atas dasar,dalil dan alasan kemanusian dan kelaparan, bahkan toko elektronik dan toko mebel dan toko lain yang tidak berhubungan dengan masalah perut juga pasti terjarah juga. Mr. A geleng geleng kepala saat Gue melontarkan hal ini. wk k k k k Shock dianya.

Arigatogozaimazu A San, salam Uhuuuuuuuuuuy!!!

Advertisement

36 thoughts on “AWAS bahaya bergantung pada e-money”

  1. Alhamdulillah, alquran dan hadist sejak 1400 tahun yg lalu mengajarkan riba, e-money contoh lain dari riba.
    Soal agamis atau nggak itu dari orangnya, bukan agamanya.

    1. Betul sekali itu dari orangnya. Contohnya nih di negara yang jelas kafir orang orangnya lebih santun dan ramah. Barang ketinggalan atau jatuh tidak hilang. Di negara agamis di kantong aja bisa kejambret ooooii.

      1. Ha ha ha betul betul
        Duit di kantong aja hilang apalagi jatuh

        Beda jauh ama di Jepang , jatuh aja kagak hilang. Kalau di temu orang tinggal cari di pos polisi terdekat pasti ketemu. Polisi tidak bakalan narik uang “sukarela” 🤣

        Beda banget sama di negri orang orang yang sok agamis

    2. Jadi gini @Kuro

      Yang jadi misteri dan pertanyaan ane itu kalau misalnya bangsa Jepang mengalami hidayah dan menerima suatu agama, terus jadi agamis. Apakah tetap baik perilakunya, tambah baik atau malah jadi seperti di negri belahan bumi yang lain? Tambah buruk perilakunya?

      Waktu dan tempat buat ente menjawab.

  2. Nnah…. di negeri agamis itupun menterinya menginstruksikan untuk ngambil bahan makanan di gerai/minimarket alias jarah dan sang menteri berjanji akan mengganti. Namun sayangnya ketika ditagih malah nganu… * x)

    * isi sendiri, salam uhuy..

  3. Dengan alasan yang sama juga, makanya gue selalu pegang cash di dompet, minimal 300ribu. Masih ada beberapa alasan lain, diantaranya adalah kalau jajan di kaki 5 atau di daerah selain kota besar, mayoritas pedagang masih hanya menerima uang kartal, sehingga sampai sekarang gue masih menjalankan prinsip ini. Nggak pernah sampe sekarang termakan promo e money dengan berbagai potongannya, males bergantung sama promo begitu, kalo mereka dah stop bakar duit juga sama aja balik lagi.

    Pake e money cuma 1, untuk toll aja, itu juga karena sudah terpaksa, isinya pun tidak banyak. Sisanya kalo transaksi selain cash, andalkan CC dan hanya untuk transaksi tertentu aja yang tidak terhindarkan menggunakan CC, lagipula kan rutin ada tagihan, jadi terkontrol.

    1. Menurut penerawangan si om aksi bakar duit marketplace dan penggerak e money ini bertahan sampai kapan ya? Soalan sudah bertahun2 jalan gak habis2 aksi bakar duitnya

      1. Bertahan sampe kapan? Nggak ada yang bisa baca masa depan, selama masih ada investor baru yang masuk ya mereka bisa aja terus bakar duit untuk promo, yang jadi masalah kalo sudah masuk siklus berikutnya yaitu profit making, gimana strategi mereka? Untuk konteks marketplace, setau gue hanya toko ijo yang sudah masuk fase profit making dan sehat, yang lain masih ngeri ngeri sedap. Ada 1 yang kayanya udah mau masuk fase profit making tapi belum jelas darimana profitnya, karena cuma 1 lini bisnis yang kasih profit..

        Bertumbuh itu cuma langkah awal, menstabilkan bisnis agar profit itu tantangan lain..

        1. Bertambuh cepat atau Fast Flash Growing itu mudah

          Yang sudah sustainable making profit.

          Setuju cuma toko ijo yang bisa. Karena dari awal toko ijo didesain buat making profit.

          Beda ama yang lain dari awal desainnya Flash growing .

        2. Bagaimana jika aksi bakar duit dohentikan bukankah hal itu akan segera membuat kabur penyguna?
          Sudah rahasia umum yg menikmati aksi bakar duit hanyalah sebagiannkecil dr masyarakat mereka cuma aji mumpung ada promo bukankah bisnis mereka akan lumpuh seketika?

          Sebagai contoh si merah yg kemarin mulai mengerem promonya akhirnya harus PHK massal .
          Setelah itu mereka bakar duit lagi buat menarik pengguna.

        3. Bukannya si ijo juga pakaibstrategi yg sama bakar duit melalui opo hingga lipo minta cerai om? Apa bedanya dg yg lain kog si ijo dibilang memasuki profit making?

          1. opo itu emang created by lipoo, dibesarkan lippo juga, terus biar cepet growth ya buka besar besar aliran pendanaan waktu masa growth ini. ketika hampir saatnya masa profit taking lipoo gembar gembor mau kabur biar resah semua yang punya saham, syukur kalau di jual murah harga melantai bawah. pasti segera di pay back ama lipoo dengan harga murah. ssst ini semua strategy bisnis ya.

          2. Oalah begitu ya om ..makasih insight nya .. ternyata kejam juga ya permainan bisnisnya.. awam banget nih soal begini . Saya yg dr luar liatnya opo kolaps ..sampe mo dimerger sama dona.. merchant opo digerai lipo sudah digulung tikar semua yg tadinya ditempat penitipan barang bisa daftar opo skrang gak ada lagi 😥😥

          3. Si toko ijo masih bakar duit tapi tidak seheboh di awal dulu, mereka sudah mulai profit making saat buka layanan berbayar untuk penjual agar dapat layanan lebih, dan juga ambil persentase dari penjualan. Nilainya kecil, tapi coba dikali berapa triliun transaksinya hahahaha

            Bedanya dengan yang lain adalah si ijo ini loyalitas usernya cukup tinggi jadi bisa bikin transaksi stabil, sehingga bisa masuk fase profit making..

            Bakar duitnya tidak via opo, delapan tiduran nggak bikin heboh karena itu. Backup toko ijo duitnya nggak berseri om..

          4. Info yang saya dapet sih bukan strategi om, emang grup itu lagi kesusahan, sejak sebelum pilpres, apalagi si ungu ini belum hasilin profit kalo nggak salah.. sekarang ditolong grup lokal juga, tapi mereka masih ada minoritas

          5. Jadi inget proyek meikarta Om, dari buka, promo, ditinggal, sekarang di seriusi lagi. He he he

          6. Denger2 lagi minta suntikan dana lagi sama sopbank y? Kira2 deal2 apa yg dibisik2in sama jack ma kemarin ya?
            Btw jack ma udah pensiun dr alibobo grup apakah masih punya andil dalam ambil keputusan penyuntikan dananya?

          7. Wah menarik nih topik

            Kebetulan info yg saya terima sop bang emang lagi targetin pasar indonesia. Maklum di Jepang sono orangnya gak suka kredit, gak konsumptip, maunya saving terus nabung di bang. Butuh tempat mengalirkan dan dapet bunga gede ya ke Indonesia.

          8. @bro SAS terbalik dinegri ini ya suka banget dg yg berbau2 kredit bahkan kredit online tanpa agunan pun laris manis

            Meski ujung2nya banyaknyg kriminil ntah itu nyuri NIK orang lain atau identitas palsu

        1. Dapet dari si mei ditarik buat opo, sekarang dari opo ditarik lagi ke mei. Ntar kalau harga opo dah murah disikat habis di opo tuh ama Om liliput

          1. Hmmm jadi cara mainnya segmen gorengan emang pakai isu model ginian ya om … Kira.in yg dimaksud gorengan tetap mengacu ke pasar global .. ternyata bisa digoreng dg isu lokal saja y

  4. org indonesia ga bisa disamakan dengan org chinese yg fasih pke e money karena kepraktisannya, org indonesia itu pake e money pertimbangannya 50-50 antara kepraktisan sama CASH BACK

    1. Hehehe tau aja si om .. soalnya cabenya gurih om …
      Contoh e money yg gak ada promo ya gak jalan .. tuh ling-aja meski berplat merah juga jarang yg make .. e money yg populer ya yang ada cabenya .. opo dona ..gopai

        1. Govnya dukung ekosistemnya dengan bikin rules dan law jelas, ditegakkan. Jadi infrastruktur bisa dibangun bagus dan diandalkan, sehingga masy sana bisa nyaman pakai, malah jadi ketergantungan, karena hampir semua hal bisa dilakukan via wechat, contohnya. Yang di indo belum maksimal..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s